Pengalaman Belajar di Zona Amerika bersama Pengurus PCINU

Fauziah Fakhrunnisa Rochman berkesempatan belajar di Amerika-Kanada. Beliau melanjutkan studi S2 di Amerika dan S3 di Kanada dengan fokus penelitian Ilmu Lingkungan. Sebagai pengurus Wakil Ketua di PCINU Amerika Serikat beliau sangat senang berbagi pengalaman kepada para penerima beasiswa NU Scholarship dari Lakpesdam PBNU yang saat ini menjalankan karantina bersama.

 

Berawal sejak pertama kali pindah ke Indonesia, Fauziah sedikit kaget dengan kondisi sampah dan polusi yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Dari hal itu Ia merasa terpanggil untuk ikut berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang ramah dan nyaman. 


"Alam telah memberikan banyak pelajaran kepada saya, sehingga saya sangat menyukai isu-isu yang timbul dari alam dan lingkungan yang langsung bersinggungan dengan kita sebagai makhluk hidup", ungkapnya. 


Keterbatasan teknologi pada saat itu di Indonesia serta keinginan tinggi saya dalam mengetahui bagaimana kondisi lingkungan dan pengolahan limbah yang efektif di luar negeri, Fauziah mencoba dengan gigih mendaftar beasiswa dari kampus yang ingin dituju, yakni Yale University, Amerika untuk tingkat magister dan University of Calgary, Kanada untuk doktoral. Pada tahun 2008, tahun pertama mendaftar beasiswa S2, penggunaan internet belum se-masif saat ini. Sehingga Ia cukup struggle dalam memperjuangan studi lanjut yang akan dijalani. 


Karena ketagihan dengan fasilitas dan teknologi yang bagus dan cukup berbeda dengan Indonesia, beliau melanjutkan studi doktoral dan penelitian di bidang sains dan lingkungan khususnya mikrobiologi dengan beasiswa. 


"Belajarnya gratis, malah saya bisa jalan-jalan dan mencari pengalaman di negara terbersih di dunia no. 3 dan dibiayai, kenapa tidak?", sambungnya. 


Fauziah sangat bersyukur dapat menikmati proses belajar yang memiliki banyak manfaat. Selain dapat belajar dengan gratis, Ia juga dapat bergabung dengan banyak komunitas dan organisasi di Amerika-Kanada yang menjadi salah satu peluang emas dalam berjejaring. 


Lingkungan di zona Amerika-Kanada sangat nyaman bagi Fauziah, sampai Ia dan keluarganya hidup selama 13 tahun disana. Bahkan dulu pada saat menikah, dengan keterbatasan jarak, Ia memilih untuk melangsungkan secara online. Suami dan keluarga besarnya berada di Jepara, sedangkan Fauziah berada di Amerika. 


Kesadaran dalam mengolah sampah di lingkungan sekitar, bahkan di kota sekalipun, sangat menarik. Beliau menayangkan beberapa video dan foto lokasi beberapa tempat umum disana. Banyak yang menarik perhatian kami, salah satunya adalah tempat sampah. Bentuk dan ukuran tempat sampah di Kanada sangat unik dan modern. Pemetaan jenis sampah sangat diperhatikan, seperti organik, plastik, kertas, dan yang tidak bisa diolah kembali yang nantinya akan langsung dibuang ke tempat pembuangan akhir. Bahkan ada semacam layar untuk mengscan sampah yang akan dibuang, dengan bantuan AI selanjutnya akan muncul tanda yang akan mengarahkan jenis sampah apa dan harus dibuang disebelah mana. 


Hal-hal sederhana seperti itulah yang membuat Fauziah bangga mendapatkan kesempatan belajar tentang di lingkungan disana. Dapat dibayangkan bagaimana teknologi membantu dalam pengolahan lingkungan pada isu-isu yang lebih besar dari pada sampah sehari-hari.   

#NUScholarship2024

Tidak ada komentar:

Posting Komentar