Aku kehilangan - Indriyani Dhita 1996-2024

Lima belas tahun yang lalu, pertama kita bertemu


Mungkin pada saat itu aku masih memikirkan bagaimana agar tidak canggung berinteraksi denganmu. Logat Tambakboyo Tuban yang sangat khas membuatku dengan mudah mendeteksi suaramu yang yaah agak keras juga sih kalo ngobrol atau bahkan tertawa dari dalam kamar. Ternyata kedekatanku dan kamu pada saat itu tidak hanya sebatas teman sekolah, tetapi lebih jauh dari itu, malah jadi keluarga versi jarak jauh yang dulu mungkin selalu ingin saling tau. 


Dan akhirnya jeda membuat aku dan kamu tidak saling khawatir, karena memang sudah ada keluarga masing-masing. Wajar sih, fase tumbuh dan hidup ala orang dewasa membuat aktifitasku dan kamu menjadi sangat penuh dan tidak ada ruang untuk berbagi seperti dulu. Meskipun kadang aku dan mungkin juga kamu sempatkan untuk intip dan scroll halaman sosial media masing-masing, yang berlanjut dengan balas story dan hanya berubah status menjadi "seen" tanpa ada satu dua kata balasan yang terketik kembali. Yah biasanya emang gitu sih, anak muda jaman sekarang suka ilang-ilangan. 


Mungkin itu hanya sedikit pengantar klise, yang semua orang juga pasti alamin kalo lagi iseng dan mungkin kangen sama siapapun itu.


Yang jelas, setelah aku membaca ulang pesan kita berdua, ternyata dibalik semua itu selalu kita sempatkan untuk mendoakan satu sama lain, meskipun doanya juga itu itu aja sih. 

"Semoga bisa segera ketemu ya mak.. 

"Semoga nanti ketemu ya nyan.. 

"Sehat selalu yaaa..

Ah bosan sekali.


----------------------------------


Mak, hari ini, sekitar jam 10 pagi aku mendengar kabar yang rasanya tidak ingin aku dengarkan. Maaf kalo aku langsung spontan share ke grup dan kontak yang memungkinkan untuk memberi kejelasan. Tanpa aku konfirmasi langsung ke nomor Whatsappmu. Tadinya aku mau langsung pencet tombol tilpun di nomormu, tapi aku takut.. takut kalau kabar itu ternyata memang benar adanya.


Dan satu jam setelahnya, melalui kabar Mas Dhana, ternyata mamak sudah tenang bahagia.


Mak aku pastikan semua yang pernah berinteraksi denganmu meyakini bahwa kebaikan dan ketulusanmu akan menjadi jalan terbaikmu. 


Mak, aku kehilangan.. benar-benar kehilangan 


Sudah, aku tak sanggup melanjutkan bercerita, tadinya mau mengenang semua jejak cerita kita berdua yang mungkin tidak begitu menarik ya mak. Tapi ternyata aku lebih memilih untuk mendoakanmu dalam diam dan menyimpan semua kisah bersama dalam keabadian.

Bertemu lagi nanti di Surga ya Mak.. 

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ


Nur Indriyani Dhita Hapsari, 

Wafat di Tuban, 14 Mei 2024




Tidak ada komentar:

Posting Komentar