Halal Lifestyle: Menjadi sebuah kebutuhan dan sesuatu yang tidak berlebihan


Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah seorang muslim. Istilah halal harusnya sudah masuk ke dalam segala sektor kehidupan. Tidak hanya tentang makanan dan obat, melainkan sudah sangat luas hal-hal yang dapat dimaknai dengan label halal. Akhir-akhir ini telah banyak menarik perhatian mengenai industri halal, ekonomi halal, pariwisata halal, fashion halal, keuangan halal dan pendidikan halal. Lantas, bagaimana sebaiknya konsep halal ini dapat dimaknai dengan benar dan dapat diimplementasikan dengan baik oleh semua kalangan masyarakat?


Halal merupakan kualitas hidup seseorang. Konsep halal sebenarnya tidak hanya untuk muslim, tetapi untuk seluruh umat manusia. Tidak sedikit mereka yang non muslim mengkonsumsi, menggunakan, dan peduli terhadap produk halal. Contohnya saja Australia yang merupakan negara terkemuka penghasil daging halal, tepatnya di Newzealand. Diketahui sekitar 65% daging halal tersebut di ekspor ke negara-negara non muslim di dunia. Selain itu di Brazil juga terkenal sebagai produsen daging ayam halal. 


Tidak hanya itu, di dunia teknologi dan sosial media juga sudah terdapat perusahaan e-commerce produk halal terbesar yakni Aladdin Group yang berpusat di Singapura dengan salah satu cabang yang terdapat di Indonesia, tepatnya di Jakarta Selatan. Platform tersebut tersedia khusus dalam pelayanan produk yang berfokus pada kehalalan, keotentikan dan gaya hidup yang berfungsi sebagai enabler bagi pedagang untuk mengakses pasar konsumen secara global, khususnya konsumen muslim di seluruh dunia. Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Irwandi Jaswir, M.Sc, selaku koordinator riset pusat halal industri yang biasa disebut sebagai Profesor Halal pada acara Internasional Webinar Halal Lifestyle in Society. Menurutnya, Indonesia belum menjadi key player pada global industri halal. Jadi kita harus improve lebih banyak PR agar Indonesia masuk dalam kategori role models untuk menerapkan halal lifestyle tersebut. Dalam penerapan halal lifestyle ini, tidak cukup jika hanya sekedar sertifikasi halal. Sertifikat hanya sebagai alat untuk memastikan bahwa produk tersebut halal dan berkualitas. Hal yang perlu dikembangkan dalam segala aspek adalah ekosistem halal. Termasuk semua aspek yang menjadi suport industri halal, diantaranya adalah sistem produksi, pelayanan, infrastruktur, dukungan pemerintah dan juga keilmuan yang harus dimiliki masyarakat. 


Sebagai rumah dari 200 juta muslim lebih, Indonesia harus bisa memanfaatkan posisi untuk mengambil tantangan standar kehalalan yang dapat diakui oleh masyarakat global. Indonesia juga sangat berpotensi menjadi pusat halal terbesar di dunia, karena Indonesia mempunyai banyak cendikiawan, peneliti, target pasar dan masyarakat. Harus ada interaksi, integrasi dan kolaborasi antar suporting agen dalam ekosistem halal, termasuk didalamnya adalah unit usaha agar dapat mendukung pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Dari banyak hal yang dapat kita perhatikan diatas, Halal Lifestyle harusnya menjadi sebuah kebutuhan yang penting bagi masyarakat dunia khususnya di Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar