Seperti halnya dengan manusia, tumbuhan juga membutuhkan kombinasi beberapa komponen seperti air, sinar matahari, CO2, dan juga nutrisi seperti nitrogen dan fosfor agar tetap tumbuh, berkembang, dan bereproduksi. Nutrisi merupakan salah satu komponen yang penting pada proses hidup tumbuhan. Nutrisi tersebut diserap oleh tumbuhan dari dalam tanah melalui akar-akarnya. Sehingga kondisi tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan nutrisi yang akan diserap oleh tumbuhan tersebut.
Kandungan nutrisi yang terdapat pada tanah pun sangat beragam. Kondisi tanah yang buruk
seperti mengalami pengikisan lapisan tanah/erosi, drainase tanah yang kurang
baik dan juga terapat penguapan unsur-unsur hara didalamnya merupakan kondisi
yang tidak diinginkan. Hal tersebut dapat mengurangi tingkat kesuburan tanah
pada lahan pertanian. Oleh karena itu sebagian besar para petani memberikan perlakuan
agar dapat memperkaya nutrisi pada tanah salah satunya dengan cara pemberian
pupuk.
Namun,
beberapa petani tidak mengetahui seberapa banyak tanah dapat menyerap pupuk
yang diberikan. Akibatnya tidak sedikit para petani memberikan pupuk secara
berlebihan atau dalam jumlah yang banyak dengan harapan tanah yang akan ditanami
oleh tumbuhan dapat menjadi sangat subur. Padahal sebagian nutrisi dan zat hara
pada tumbuhan maupun tanah akan ikut terbawa oleh hujan atau saluran irigasi ke
badan air dan akan bermuara di kolam, waduk, danau, bahkan laut.
Pupuk
memang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan, akan tetapi semakin banyak pupuk yang
diberikan pada tanah, maka akan semakin banyak nutrisi yang terlarut dalam
perairan. Begitu juga kandungan nutrisi dan zat hara memang sangat dibutuhkan
bagi pertumbuhan fitoplankton yang merupakan makanan bagi ikan dan udang. Namun
jumlah nutrisi dan zat hara yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan
pertumbuhan fitoplankton dan juga alga. Pertumbuhan tersebut sangatlah cepat
bahkan tidak terkendali. Permukaan perairan akan dipenuhi oleh lapisan alga,
berwarna hijau kekuningan dan disertai dengan bau tak sedap. Bahkan alga jenis blue-green
atau cyanobacteria diketahui mengandung toksin yang berbahaya dan
mengganggu kesehatan manusia dan hewan maupun produktivitas biota perairan.
Kondisi
perairan tersebut dinamakan proses eutrofikasi. Proses eutrofikasi dapat
mengakibatkan terhalangnya sinar matahari yang masuk di perairan. Sehingga akan
mengganggu ekosistem yang terdapat pada dasar perairan baik tumbuhan ataupun ikan.
Tanpa adanya cahaya matahari yang masuk, tumbuhan didasar perairan tidak dapat
melakukan fotosintesis. Hal tersebut menyebabkan nutrisi yang dimiliki tumbuhan
atau ikan akan habis untuk bertahan hidup dan lingkungan perairannya tidak dapat
memberikan support untuk mempertahankan kehidupannya kemudian secara perlahan
tumbuhan dan ikan akan mati tenggelam didasar perairan.
Tidak
cukup sampai disitu, tumbuhan dan ikan yang mati tenggelam akan diuraikan oleh bakteri
dan dekomposer pada dasar perairan. Proses dekomposisi tersebut juga memerlukan
kandungan oksigen yang tidak sedikit. Sehingga kandungan oksigen terlarut dalam
badan air juga akan berkurang dan sangat mengganggu ekosistem perairannya.
Oleh karena itu, agar
ekosistem tetap terjaga maka perlu dilakukan pencegahan eutrofikasi dengan cara
mengurangi penggunaan pupuk yang berlebihan pada tanah dan tumbuhan, mengurangi
pembuangan limbah baik dari rumah tangga maupun perusahaan ke badan air, dan
juga tidak menggunakan bahan peledak atau racun pada ekosistem perairan. Selain
menyebabkan tumbuhan dan ikan mati, kondisi eutrofikasi pada permukaan air juga
menyebabkan menurunnya nilai konservasi, estetika dan juga pariwisata
lingkungan perairan. Sehingga dibutuhkan biaya operasional yang besar untuk
mengatasinya.