Sosok Kartini Masa Kini



"Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya"

Surat Kartini kepada Nyonya Abendon (Agustus 1900)


21 April adalah hari yang istimewa bagi perempuan di tanah air. Terlahir sosok perempuan yang sampai saat ini menjadi contoh ketangguhan dan kecerdasannya. Dia adalah Ibu RA Kartini. Sosok Ibu yang identik dengan kebaya dan pakaian khas daerah yang ditiru dan digunakan warga Indonesia pada saat memperingati hari kelahiran Ibu Kartini. Namun kali ini berbeda, kita tidak lagi memeriahkan dan mengenang Ibu Kartini dengan mengadakan karnaval yang diiringi oleh musik daerah dan lagu khas ibu kita kartini. Yah, salah satu penyebabnya adalah adanya pandemi covid-19 yang mengharuskan kita semua untuk tetap tinggal di dalam rumah.

Berbicara tentang stay at home, sebagai perempuan zaman sekarang, yang diberikan kesempatan dalam menempuh pendidikan dengan nyaman, yang mampu dengan mudah mengikuti kabar dan berita-berita terkini di Indonesia, seharusnya kita bisa memanfaatkan waktu dengan sangat baik untuk tetap produktif, tetap belajar, dan tetap mengedukasi diri sendiri, keluarga dan masyarakat untuk tetap waspada, tenang, dan menjaga diri masing-masing. Banyak kegiatan yang ditawarkan beberapa komunitas, organisasi, bahkan perorangan dalam mengisi dan memperingati salah satu hari yang bersejarah kali ini. Tidak lain tujuannya agar kita masih dapat mengenang dan menjadikan RA Kartini sebagai teladan masa depan. Pada siang hari ini, OWSD (Organization for Women in Science for the Developing World) Indonesia National Chapter mengadakan sharing session dalam memperingati hari kelahiran Ibu RA Kartini dengan tema "Kartini di Era Pandemi Covid-19"

Dipandu oleh moderator Ibu Sri Fatmawati, S.Si, M.Sc, Ph.D selaku presiden OWSD - Indonesia,  dosen Kimia Organik Bahan Alam ITS dan juga anggota tim satgas covid19 ITS, acara sharing session kali ini mengundang dua narasumber. Prof Rovina Ruslami, dr., SpPD, PhD sebagai narasumber pertama. Beliau adalah seorang  Dokter spesialis penyakit dalam. Dokter adalah garda terdepan di pandemi covid19.  Beliau juga Dokter Peraih Habibie Award 2018 dan juga Kepala Dept of Biomedical Sciences, FK UNPAD. Selain itu, ada pula Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi.
Beliau pernah menerima Perekayasa Peraih Habibie Award 2010, Deputi BPPT. Beliau juga masuk  dalam Task force penanggulangan covid19. Presiden OWSD memang sengaja mengundang dua  narasumber yang sangat menginspirasi dengan karya dan inovasinya dan mewakili perempuan-perempuan yang memiliki kontribusi penuh dan nyata bagi Indonesia.

Sosok RA Kartini memberikan pesan kepada semua perempuan Indonesia, agar tetap tangguh, tetap melek dengan kemajuan bangsa, tetap berfikir secara luas, dan selalu menjadi contoh bagi setiap generasi penerus bangsa. Pada era pandemi ini dimanfaatkan oleh para pakar peneliti, tim medis, dan semua yang berkontribusi untuk mencari inovasi dan merealisasikannya, sehingga dapat membantu mengurangi dan menyelesaikan penyebaran virus corona ini. Prof. Eniya beserta tim BPPT berhasil membentuk ventilator/alat bantu pernafasan portabel secara massal untuk menangani pasien yang positif terkena virus corona.  Perempuan yang menjadi Deputi Teknologi Informasi, energi dan Material BPPT tersebut mengatakan bahwa ternyata Indonesia mampu menghasilkan berbagai produk massal guna mencegah ketergantungan kita terhadap produk impor. Ventilator protabel yang diproduksi oleh BPPT sudah mendapatkan sertifikasi dari BPFK (Balai pengaman fasilitas kesehatan) Kementrian Kesehatan. Jadi sudah dipastikan alat ini dapat dipakai dalam proses pengobatan covid-19 di Indonesia. Tidak hanya itu, beberapa perusahaan kecil di Jawa Timur sudah berhasil membuat selang dan jarum yang saat ini memang sangat dibutuhkan dalam proses pengobatan, serta beberapa produk alat kesehatan lainnya yang dapat diproduksi secara mandiri oleh Indonesia. Kita harus membuktikan bahwa Indonesia bisa menciptakan benda yang selama ini kita datangkan dari negara lain. 

Sebagai perempuan dan juga kartini masa kini, seharusnya kita dapat berfikir secara luas, memberikan kucuran solusi yang dapat menyelesaikan polemik yang sudah tersebar di Indonesia. Membantu meringankan kerja tim medis tidak harus dilakukan oleh ahli kesehatan, tapi warga negara juga  dapat meringankan beban dengan cara patuh terhadap saran dan peraturan yang diberikan oleh tenaga medis dan pemerintah kepada kita. Menurut Prof. Rovina selaku dokter spesialis penyakit dalam, virus corona ini hadir seperti virus TBC pada beberapa abad yang lalu. Virus TBC membutuhkan waktu yang tidak sebentar sampai ditemukan vaksin dan obat yang mampu dengan cepat mematikan virus TBC. Proses penyebaran dan dampak yang ditimbulkan oleh virus corona juga sama dengan virus TBC. Dimana virus corona memberikan efek penyakit inveksi yang sangat dekat dengan lingkungan. Virus tersebut menyerang pertahanan tubuh yang lemah. Tidak heran jika banyak informasi yang tersebar di semua sosial media bahwa saat ini manusia berbondong-bondong mengkonsumsi Vit C, empon-empon, dan beberapa obat serta multivitamin untuk menjaga kekebalan imun. Hal tersebut memang wajar karena kita belum mengetahui keseluruhan sifat dan karakter virus corona. Prof. Rovina mengatakan "Jika kita ingin menang melawan Covid-19, maka kita harus mengenal dan mengetahui sifat dan karakter musuh luar dan dalam". Sedangkan virus tersebut masih berumur 4-5 bulan di Indonesia, jelas belum cukup untuk mengenal dan mengetahui karakternya.  

Oleh karena itu kita harus berani merubah prespektif tentang hidup, apa yang terbaik untuk kita harus kita lakukan. Kita masih butuh waktu untuk mampu mengenal dan memahami bagaimana karakter dan sifat virus agar kita dapat mengendalikannya. Tentunya dengan bantuan Masyarakat dalam mencegah penyebaran virus yang semakin cepat. Semakin kita dapat menahan diri dan melakukan social distancing, maka semakin kita cepat memutus rantai penyebaran virusnya. Masyarakat masih harus dibantu dalam menjelaskan apa itu wabah, bagaimana penanggulangannya, bagaimana cara mencegahnya. Karena tidak cukup jika kita hanya memberikan sapaan ringan di sosial media. Masyarakat butuh edukasi nyata untuk memberi pemahaman secara langsung dari pakar dan para ahli. 

Kita dapat menjadikan sosok RA Kartini sebagai contoh agar perempuan di Indonesia tangguh dan dapat bersinergi melawan ujian yang tengah dihadapi Indonesia bahkan dunia. Tidak sedikit pakar kesehatan dan dokter perempuan yang berjuang menjadi garda depan dalam penanganan Covid-19 ini. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh OWSD merupakan salah satu suntikan nilai positif, sebagai pengingat, bahwa tugas perempuan tidak selamanya berada dirumah menjadi ibu rumah tangga, melainkan harus mampu menjadi guru bagi anak-anaknya ditengah adanya wabah tersebut, mampu menjadi sosok inspiratif dan inovatif dalam membantu mengurangi penyebaran virus dengan bidang yang beraneka ragam, serta kuat dan sabar dalam mengobati dan merawat warga di seluruh Indonesia. 

Mari kita jadikan peringatan hari kelahiran Ibu Kartini sebagai refleksi diri. Jika kalian peneliti, maka telitilah. Jika kalian dokter dan tenaga medis, maka periksa dan obatilah. Jika kalian masyarakat, patuh dan taatilah himbauan dan arahan dari pemerintah dan tenaga kesehatan. Kita sebagai Kartini dimasa sekarang dan yang akan datang, dengan jalan yang berbeda, kita harus tetap mampu menjadi inspirasi untuk bangsa dan negara. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar