Seolah-olah ada Akal di dalam Elektron

Joseph John Thomson; Penemu Elektron
Perkuliahan kali ini membahas mengenai elektron yang seolah-olah mempunyai akal. 

Bertempat di Departemen Kimia J116, Dr. Lukman Atmaja, Ph.D mengisi kuliah Spektroskopi Fasa Padat. Beliau menerangkan teori Uraian Mekanika Kuantum untuk Absorbsi Daerah Tampak. 

Salah satu isi slide perkuliahannya mengatakan: Kuat tidaknya suatu proses absorbsi ditentukan oleh probabilitas laju transisi dari keadaan dasar, i, menuju keadaan terkesitasi, f. Probabilitas tersebut setara dengan jumlah kuadrat dari unsur matriks H′fi(0) dimana H′ adalah operator gangguan yang menyebabkan transisi tersebut dapat berlangsung.

Begitu juga dengan serapan dari extended states pada semikonduktor. Elektron pada pita valensi dapat mengalami transisi ke pita konduksi jika mendapatkan energi yang cocok dan sesuai dengan besarnya energi celah pita (band gap) yang dimiliki. 

Dari kedua pernyataan tersebut dapat di pahami bahwa elektron akan mudah bergerak atau mengalami eksitasi jika ia mendapat gangguan dari luar dengan besaran energi tertentu yang dibutuhkan. Elektron seolah-olah seperti manusia yang mempunyai akal. Manusia mempunyai saraf sensorik dan motorik yang menghasilkan suatu rangsangan sehingga jika dikenai gangguan dari luar maka gerak reflek yang ada di tubuh dengan sendirinya akan bereaksi. 

Hal tersebut kemudian diterangkan oleh Dr. Lukman bahwa dalam Sains Modern, banyak fenomena yang tidak bisa dijelaskan oleh Rasionalisme, Empirisme, dan Pragmatisme. Misalnya adanya partikel anti-material, dualisme sinar, elektron yang nampak seperti mempunyai akal, dan yang lainnya. 

Oleh karena itu, sebagian Saintis Modern akhirnya mencoba mencari penjelasan lain, yang berarti ada realitas baru yang memerlukan supra-logical order, yang memerlukan penjelasan dengan metode lain selain Scientific Method. Harapannya agar pemahaman yang diperoleh dapat sampai ke realitas yang sesungguhnya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar