|
Pict Source : Compasiana.com |
"
Rupanya liburan semester ini akan aku habiskan untuk bertemu dengan rekan-rekan ku di Jakarta aja deh, dari pada dirumah harus kena omel setiap aku main hp depan TV. Padahal aku lagi rapat online loh, kak". Begitu kiranya Andin berbicara di siang hari dengan saudara lelakinya, Dino.
"Loh, kamu kan harus bantu jaga tokonya Ibu, Ndin?" sambil mengangkat salah satu karung yang berisi gula lima kilogram ke dalam toko. Rupanya si Andin mendapat satu jabatan baru dikampusnya. Ia sudah jarang melihat-lihat isi toko dan menanyakan stok yang tersisa kepada ibu atau saudaranya. Ia lebih sering pulang malam karena ada rapat dengan teman organisasinya dan akhir-akhir ini ia lebih cepat menggerakkan jemarinya dalam membalas pesan daring lewat hape bututnya itu.
Kebetulan Andin adalah mahasiswa semester dua kampus ternama di kota Surabaya. Sebelum masa libur panjangnya tiba, ia mendapatkan undangan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) kampusnya untuk mengikuti diklat tahunan di kota dingin kaki Gunung Welirang, Mojokerto. Diklat tersebut hanya dihadiri oleh mahasiswa pilihan yang sudah direkomendasikan oleh tiap fakultas dari beberapa kampus besar se-Jawa, Bali dan NTB. Andin pun tak berfikir panjang untuk meng-iyakan isi dari undangan tersebut. Setelah menerima daftar nama yang akan hadir, ia rupanya tidak mengenal siapa pun kecuali tiga nama yang sudah tak asing dengannya. Ternyata mereka adalah teman Andin yang berasal dari Surabaya. Andin mengenalnya pada saat mengikuti acara seminar di kota pahlawan yang kebetulan satu meja dengan Icyan, Roni dan Lisa. Meskipun hanya sedikit yang Andin kenal, hal tersebut tidak menjadikan ia khawatir. Karena Andin tipikal mahasiswa yang mudah dalam beradaptasi dimanapun ia tinggal. Ia selalu merasa tertantang jika harus berkenalan dengan banyak orang di tempat barunya. Karena dia yakin bahwa pasti ada pelajaran yang berharga jika kita dapat memaknai suatu pertemuan dengan hati yang riang.
***
Mulailah Andin berangkat ke lokasi dengan menaiki kereta dari Kota Surabaya. Kali ini ia berangkat sendiri karena teman yang lain sudah berada dilokasi sejak kemarin pagi. Di hari pertama, Andin merasa sedikit canggung namun ia merasa senang. Andin berdialog dan saling sapa dengan teman-teman barunya. Karena mereka dari ruang lingkup keilmuan yang berbeda-beda. Kehangatan di hari pertama sangatlah terasa. Sampai kami tak sadar jika sudah waktunya mendengarkan beberapa materi tentang kemandirian dalam bersikap dari salah satu dosen dari kampus UIN Jakarta.
Kegiatan kami berjalan selama lima hari empat malam. Bisa dibayangkan betapa melekatnya kisah kami kelak ketika acara sudah berakhir. Karena dalam waktu hampir satu minggu kami di hadapkan dengan beberapa tugas dan materi yang harus kami selesaikan dan kami simpan rapat-rapat dalam memori yang tidak terlalu luas ini ehe. Diklat berisikan materi dari tokoh-tokoh penting di Jawa Timur. Beberapa materi berisi tentang menyiapkan generasi muda di masa depan menuju Indonesia gemilang. Singkat cerita, karena terlalu banyak rangkaian acara dan banyaknya teman yang harus kami sapa, Andin sampai lupa untuk menanyakan kabar ke-tiga teman yang ia kenal lebih dulu. Yah, mereka adalah teman-teman Andin yang berasal dari Surabaya.
Di hari terakhir Andin melakukan farewell party yang sudah sangat lumrah dilakukan jika akan berpisah. Sikap Andin masih seperti biasanya, ia selalu jadi tempat bullying oleh beberapa kawannya. Karena kebetulan Andin adalah salah satu mahasiswa yang mendapatkan kategori terheboh dalam kelima hari rangkaian acara tersebut. Bahkan ia telah melupakan segala beban pikirannya pada saat acara berlangsung. Hanya karena ia ingin memberikan rasa bahagia tanpa terganggu oleh apapun di saat-saat terakhir mereka bertemu. Karena setelah ini mereka akan menjalani libur semester genap yang jaraknya cukup panjang. Ketika masuk kuliah pun mereka sudah harus menuju fakultas masing-masing dan bisa bertemu jika hanya ada acara tahunan yang diadakan oleh BEM di salah satu kampus mereka.
Tidak berselang lama, karena sudah mendekati waktu untuk berpamitan, Andin merasa kurang puas jika belum bertemu ketiga temannya itu. Andin sempat merasa kehilangan, namun ia tetap mencoba untuk tidak memikirkan hal itu dalam-dalam. Akhirnya ia memutuskan untuk mencarinya. Sepuluh menit pertama ia sudah berhasil menemukan dua temannya, Roni dan Lisa. Namun belum lega karena masih ada satu temannya lagi yang belum ia temui yaitu Icyan. Ketika Andin merasa lelah dan memutuskan untuk tidak memaksakan bertemu, si Icyan dengan gaya yang khas berada di ujung pintu yang akan Andin lewati. Spontan Andin berlari dan menemuinya.
"Hey, kamu lupa sama aku? kemana aja seminggu ini wkwkw yok minta maaf kan bentar lagi uda kelar acaranya" kata Andin dengan gaya lincahnya.
"Ho iya kamu, aku di sini aja kali. Ya sama-sama. Sudah ambil coffee break, Ndin?" Jawab Icyan dengan gaya dinginnya. Begitu selesai saling bertegur sapa, Andin dan Icyan berpisah untuk kembali ke tempat masing-masing. Yah namanya teman, sekedar sapa gitu aja uda cukup heheh
***
Waktu menuju sore hari, dan penutupan acara telah usai. Kami, seluruh peserta sudah saling bersiap untuk kembali ke masing-masing kota asalnya. Lagi-lagi Andin harus berangkat pulang sendirian karena setelah penutupan diklat tersebut seluruh Mahasiswa akan menjalani masa libur semester genap. Hal tersebut yang membuat Andin memesan tiket pulang ke Surabaya. Tentunya dengan membawa kisah yang tak dapat ia lupakan. Beberapa kenangan membuat Andin sempat merenung sejenak di kereta. Mungkin Andin merasa bersyukur telah di berikan kesempatan mengikuti diklat yang tidak biasa dan di rekomendasikan langsung oleh fakultas tempat Andin menimba ilmu untuk sisa waktu tiga tahun kedepan. Dipikir-pikir, tidak ada yang se melow Andin pada saat berpisah. Yang masih mengganjal di benak Andin sebenarnya ia masih menyimpan rasa penasaran kepada Icyan, salah satu temannya yang pertama ia temui di kota pahlawan dulu. Tapi tidak terlalu larut Andin memikirkan, sesekali ia memaksa memejamkan mata karena perjalanan masih tiga jam setengah lagi sampai kota tujuan.
Setelah sampai di Kota Surabaya, sesekali Andin mengecek hape bututnya. Bukan untuk melihat berapa persen batre nya, tapi untuk memastikan apakah ada pesan masuk baru yang belum terbaca olehnya. Karena ia sempat kehabisan batre pada saat perjalanan.
Ping, Hape Andin berbunyi tepat dua menit setelah ia tancapkan di tempat charge.
"Ndin, sudah sampai Surabaya?" pesan yang pertama masuk di hape Andin. Ia hanya membaca dari kejauhan, tapi ia sudah tahu kalau itu pesan dari salah satu temannya yang susah ia temukan pada saat acara diklat. Yah pesan dari Icyan. Pinginnya tidak dibuka langsung, apalagi dibalas dengan cepat. Tapi kenapa tangan Andin memaksa untuk sesegera mungkin mengambil hape nya dan langsung mengetik balasan. Entahlah, terlalu rumit jika hal sesederhana itu difikirkan hehe
Sehari dua hari ada pesan baru lagi dari Icyan untuk Andin via aplikasi daring yang hanya Andin punya. Hanya percakapan sepele, tapi terasa hangat. Entah kenapa, percakapan ringan mereka masih berlangsung sampai liburan kampus berjalan hampir tiga minggu. Tidak ada pesan khusus yang mereka bicarakan. Mereka hanya membahas hal-hal sepele yang mungkin tidak asing bagi teman biasa.
Sesekali Andin yang memulai percakapan singkat di pagi hari. Namun juga tidak jarang bagi Icyan untuk mulai menyapa dengan gaya khasnya. Icyan merupakan mahasiswa yang aktif dengan susunan kalimat di setiap harinya. Ia sangat senang mempelajari tentang hal-hal yang menunjukkan bahwa Indonesia ini berwarna-warni dengan budaya dan peninggalan-peninggalanya, termasuk lembaran-lembaran yang menurutnya sangat unik untuk dipelajari. Sedangkan Andin adalah mahasiswa penuh dengan teori darwin dan mineral-mineral dalam bumi. Kadang ada beberapa hal yang membuat mereka tertarik untuk berdiskusi ringan karena perbedaan keilmuan yang mereka tekuni. Hal tersebut juga baru diketahui Andin setelah dua minggu mereka berinteraksi via daring. Syukurlah pertemanan kali ini sedikit banyak memberikan dampak positif kepada Andin, ia yang selalu penasaran dan semakin ingin tahu akan ilmu yang ditekuni temannya, Icyan.
Sampai pada suatu malam, Andin gelisah. Tidak hanya sekali dua kali ia melihat hape bututnya. Tidak ada satupun pesan yang masuk. Entah pesan dari siapa yang Andin tunggu. Tidak biasanya Andin seperti itu. Setelah ia letakkan hapennya diatas meja sampai pukul 21.00 WIB, ada pesan dari Icyan teman dunia mayanya. Hanya sapaan singkat, tapi lagi-lagi Andin merasa buru-buru untuk membuka dan membalasnya. Setelah membalasnya Andin merasa bingung namun sedikit tenang dari sebelumnya.
Apa mungkin pesan tersebut yang ditunggu Andin sejak pagi tadi ? Sehingga membuat Andin untuk melihat ponselnya berulang kali.
Pesan yang hanya berisikan sapaan ringan namun dapat merubah suasana malamnya seakan-akan cepat berubah menjadi pagi. Mungkin dengan pagi ia dapat merasakan hangatnya sinar mentari yang memeluk harapan-harapan masa depan Andin dengan indah. Sebenarnya ada apa dengan Andin, kenapa dengan adanya pesan masuk dari Icyan, dirinya menjadi bersemangat dalam menyambut pagi hari ?